Segala puji hanya bagi Allah, yang telah menyampaikan kita dipenghujung 10 hari kedua bulan Ramadhan. Sebentar lagi kita akan memasuki 10 ketiga atau terakhir bulan Ramadhan. Hari-hari yang memiliki kelebihan dibanding lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada 10 terakhir Ramadhan ini meningkat amaliah ibadah beliau yang tidak beliau lakukan pada hari-hari lainnya.
Ummul Mu`minin ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha mengisahkan tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada 10 terakhir
Ramadhan :
كان
رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر – أي العشر الأخير من رمضان – شد
مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله . متفق عليه
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliah ibadah beliau), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” Muttafaqun ‘alaihi
Keutamaan 10 Terakhir bulan Ramadhan
:
Pertama : Bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam serius dalam melakukan amaliah ibadah lebih banyak dibanding
hari-hari lainnya. Keseriusan dan peningkatan ibadah di sini tidak terbatas
pada satu jenis ibadah tertentu saja, namun meliputi semua jenis ibadah baik
shalat, tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah, dll.
Kedua : Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membangunkan istri-istri beliau agar mereka juga berjaga
untuk melakukan shalat, dzikir, dan lainnya. Hal ini karena semangat besar
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar keluarganya juga dapat meraih
keuntungan besar pada waktu-waktu utama tersebut. Sesungguhnya itu merupakan
ghanimah yang tidak sepantasnya bagi seorang mukmin berakal untuk melewatkannya
begitu saja.
Ketiga : Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 Terakhir ini, demi beliau memutuskan diri
dari berbagai aktivitas keduniaan, untuk beliau konstrasi ibadah dan merasakan
lezatnya ibadah tersebut.
Keempat : Pada malam-malam 10
Terakhir inilah sangat besar kemungkinan salah satu di antaranya adalah malam
Lailatur Qadar. Suatu malam penuh barakah yang lebih baik daripada seribu
bulan.
Keutamaan Lailatul Qadr
Di antara nikmat dan karunia Allah
subhanahu wa ta’ala terhadap umat Islam, dianugerahkannya kepada mereka satu
malam yang mulia dan mempunyai banyak keutamaan. Suatu keutamaan yang tidak
pernah didapati pada malam-malam selainnya. Tahukah anda, malam apakah itu? Dia
adalah malam “Lailatul Qadr”. Suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan,
sebagaimana firman Allah I:
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ *
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ
هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
*
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu? Malam kemuliaan itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al-Qadr: 1-5)
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan
hafizhahullah berkata: “Bahwasanya (pahala) amalan pada malam yang barakah itu
setara dengan pahala amalan yang dikerjakan selama 1000 bulan yang tidak ada
padanya Lailatul Qadr. 1000 bulan itu sama dengan 83 tahun lebih. Itulah di
antara keutamaan malam yang mulia tersebut. Maka dari itu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berusaha untuk meraihnya, dan beliau bersabda:
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمُ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)
Demikian pula Allah subhanahu wa
ta’ala beritakan bahwa pada malam tersebut para malaikat dan malaikat Jibril
turun. Hal ini menunjukkan betapa mulia dan pentingnya malam tersebut, karena
tidaklah para malaikat itu turun kecuali karena perkara yang besar. Kemudian
Allah subhanahu wa ta’ala mensifati malam tersebut dengan firman-Nya:
سَلَامٌ
هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar
Allah subhanahu wa ta’ala mensifati
bahwa di malam itu penuh kesejahteraan, dan ini merupakan bukti tentang
kemuliaan, kebaikan, dan barakahnya. Barangsiapa terhalangi dari kebaikan yang
ada padanya, maka ia telah terhalangi dari kebaikan yang besar”. (Fatawa
Ramadhan, hal. 848)
Wahai hamba-hamba Allah, adakah hati
yang tergugah untuk menghidupkan malam tersebut dengan ibadah …?!, adakah hati
yang terketuk untuk meraih malam yang lebih baik dari 1000 bulan ini …?! Betapa
meruginya orang-orang yang menghabiskan malamnya dengan perbuatan yang sia-sia,
apalagi dengan kemaksiatan kepada Allah.
Mengapa Disebut Malam “Lailatul
Qadr”?
Para ulama menyebutkan beberapa
sebab penamaan Lailatul Qadr, di antaranya:
1. Pada malam tersebut Allah
subhanahu wa ta’ala menetapkan secara rinci takdir segala sesuatu selama 1
tahun (dari Lailatul Qadr tahun tersebut hingga Lailatul Qadr tahun yang akan
datang), sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا
يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ * [الدخان/3، 4]
“Sesungguhnya Kami telah menurukan Al-Qur`an pada malam penuh barakah (yakni Lailatul Qadr). Pada malam itu dirinci segala urusan (takdir) yang penuh hikmah”. (Ad Dukhan: 4)
2. Karena besarnya kedudukan dan
kemuliaan malam tersebut di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Ketaatan pada malam tersebut
mempunyai kedudukan yang besar dan pahala yang banyak lagi mengalir. (Tafsir
Ath-Thabari IV/200)
Kapan Terjadinya Lailatul Qadr?
Malam “Lailatul Qadr” terjadi pada
bulan Ramadhan.
Pada tanggal berapakah? Dia terjadi
pada salah satu dari malam-malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (H.R Al Bukhari no. 1878)
Lailatul Qadr terjadi pada setiap
tahun. Ia berpindah-pindah di antara malam-malam ganjil 10 hari terakhir (bulan
Ramadhan) tersebut sesuai dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-’Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Lailatul Qadr itu (dapat)
berpindah-pindah. Terkadang terjadi pada malam ke-27, dan terkadang terjadi
pada malam selainnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits yang banyak jumlahnya
tentang masalah ini. Sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam : “Bahwa beliau pada suatu tahun diperlihatkan Lailatul Qadr, dan
ternyata ia terjadi pada malam ke-21″. (Fatawa Ramadhan, hal.855)
Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan
Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata: “Adapun pengkhususan
(memastikan) malam tertentu dari bulan Ramadhan sebagai Lailatul Qadr, maka
butuh terhadap dalil. Akan tetapi pada malam-malam ganjil dari 10 hari terakhir
Ramadhan itulah dimungkinkan terjadinya Lailatul Qadr, dan lebih dimungkinkan
lagi terjadi pada malam ke-27 karena telah ada hadits-hadits yang
menunjukkannya”. (Fatawa Ramadhan, hal.856)
Di antaranya adalah hadits yang
diriwayatkan shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan t:
عَنِ
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ إِذَا قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ:
لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya apabila beliau menjelaskan tentang Lailatul Qadr maka beliau mengatakan : “(Dia adalah) Malam ke-27″. (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan Asy-Syaikh Muqbil dalam Shahih Al-Musnad)
Kemungkinan paling besar adalah pada
malam ke-27 Ramadhan. Hal ini didukung penegasan shahabat Ubay bin Ka’b
radhiyallahu ‘anhu :
عن
أبي بن كعب قال : قال أبي في ليلة القدر : والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة
التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين
Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadr) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)
Tanda-tanda Lailatul Qadr
Pagi harinya matahari terbit dalam
keadaan tidak menyilaukan, seperti halnya bejana (yang terbuat dari kuningan).
(H.R Muslim)
Lailatul Qadr adalah malam yang
tenang dan sejuk (tidak panas dan tidak dingin) serta sinar matahari di pagi
harinya tidak menyilaukan. (H.R Ibnu Khuzaimah dan Al Bazzar)
Dengan Apakah Menghidupkan 10
Terakhir Ramadhan dan Lailatul Qadr?
Asy-Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baz dan
Asy Syaikh Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari terakhir
bulan Ramadhan untuk mengerjakan shalat (malam), membaca Al-Qur’an, dan berdo’a
daripada malam-malam selainnya”. (Fatawa Ramadhan, hal.856)
Demikianlah hendaknya seorang
muslim/muslimah … Menghidupkan malam-malamnya pada 10 Terakhir di bulan
Ramadhan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala; shalat
tarawih dengan penuh iman dan harapan pahala dari Allah I semata, membaca
Al-Qur’an dengan berusaha memahami maknanya, membaca buku-buku yang bermanfaat,
dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a serta memperbanyak dzikrullah.
Di antara bacaan do’a atau dzikir
yang paling afdhal untuk dibaca pada malam (yang diperkirakan sebagai Lailatul
Qadr) adalah sebagaimana yang ditanyakan Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah jika
aku mendapati Lailatul Qadr, do’a apakah yang aku baca pada malam tersebut?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: “Bacalah:
اللهم
إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemberi Maaf, Engkau suka pemberian maaf, maka maafkanlah aku”. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Maka hendaknya pada malam tersebut
memperbanyak do’a, dzikir, dan istighfar.
Apakah pahala Lailatul Qadr dapat
diraih oleh seseorang yang tidak mengetahuinya?
Ada dua pendapat dalam masalah ini:
Pendapat Pertama: Bahwa pahala
tersebut khusus bagi yang mengetahuinya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah
berkata: “Ini adalah pendapat kebanyakan para ulama. Yang menunjukkan hal ini
adalah riwayat yang terdapat pada Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh:
مَنْ
يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِفَيُوَافِقُهَا
“Barangsiapa yang menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dan menepatinya.”
{kalimat فيوافقها di sini diartikan: mengetahuinya (bahwa
itu Lailatul Qadr), pen-}
Menurut pandanganku pendapat inilah
yang benar, walaupun aku tidak mengingkari adanya pahala yang tercurahkan
kepada seseorang yang mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadr dalam rangka
mencari Lailatul Qadr dalam keadaan ia tidak mengetahui bahwa itu adalah malam
Lailatul Qadr”.
Pendapat Kedua: Didapatkannya pahala
(yang dijanjikan) tersebut walaupun dalam keadaan tidak mengetahuinya. Ini
merupakan pendapat Ath-Thabari, Al-Muhallab, Ibnul ‘Arabi, dan sejumlah dari
ulama.
Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah
merajihkan pendapat ini, sebagaimana yang beliau sebutkan dalam kitabnya
Asy-Syarhul Mumti’:
“Adapun pendapat sebagian ulama
bahwa tidak didapatinya pahala Lailatul Qadr kecuali bagi yang mengetahuinya,
maka itu adalah pendapat yang lemah karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dalam keadaan iman dan mengharap balasan dari Allah I, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)
Rasulullah tidak mengatakan: “Dalam
keadaan mengetahui Lailatul Qadr”. Jika hal itu merupakan syarat untuk
mendapatkan pahala tersebut, niscaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan pada umatnya. Adapun pendalilan mereka dengan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ
يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِفَيُوَافِقُهَا
“Barangsiapa yang menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dan menepatinya.”
Maka makna فيوافقها di sini adalah: bertepatan dengan
terjadinya Lailatul Qadr tersebut, walaupun ia tidak mengetahuinya”.
Semoga anugerah Lailatul Qadr ini
dapat kita raih bersama, sehingga mendapatkan keutamaan pahala yang setara
(bahkan) melebihi amalan 1000 bulan. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar